Tampilkan postingan dengan label dokter hewan.. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dokter hewan.. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Desember 2016

Penyakit Burung Kenari Dan Cara Mengobatinya Paling Lengkap


Burung kenari memang mudah untuk "dipelihara", orang awam seperti sayapun dapat melakukannya. Itu kalau hanya sekedar memberinya makan dan minum saja. Tapi ternyata tak cukup hanya itu, mengingat burung satu ini juga termasuk burung yang rentan terhadap penyakit dan perubahan cuaca. Perbedaan cuaca panas dan dingin pada waktu siang dan malam hai, kondisi sangkar yang kurang sehat, pemberian menu makanan yang kurang baik, semuanya dapat menyebabkan munculnya gangguan kesehatan bagi burung kenari.
Burung kenari yang sudah terserang penyakit umumnya butuh waktu lama untuk penyembuhan tergantung penyakit yang menjangkitinya, atau bahkan tidak bisa disembuhkan sama sekali hingga menyebabkan kematian. sulit untuk disembuhkan.
Nah bila anda mendapati burung kenari kesayangan anda sakit, sebaiknya segeralah dipisahkan dan kenari-kenari yang lain yang sehat agar tidak menular dan mempercepat proses penyembuhan. Langkah selanjutnya lakukanlah penanganan / pengobatan yang intensif.

Di bawah ini ada beberapa cara menangani / mengobati burung kenari yang terkena gangguan kesehatan.
Gangguan Pernapasan

Penyakit gangguan penapasan sering menyerang burung kenari, baik jantan maupun betina. Penyebab penyakit pemapasan adalah adanya infeksi sekunder pada saluran pemapasan oleh E. coli dan virus sejenis Mycoplasma gallisepticcum yang lebih terkenal dengan nama CRD (Chronic Respiratory Desease). Jika sudah kronis, penyakit ini sangat sukar disembuhkan dan biasanya lama kelamaan burung kenari yang teninfeksi penyakit ini akan mati. Penyakit pernapasan bersifat menular. Penularan penyakit mi dapat terjadi melalui kontak langsung antara kenari yang terinfeksi dari kenari. yang sehat. Misalnya, indukan yang terinfeksi penyakit dan menyuapi anaknya, maka anak-anak burung yang disuapi akan tertular oleh penyakit tersebut. Penularan penyakit pemapasan juga dapat terjadi melalui keturunan. Anakan kenari yang berasal dan indukan yang sudah terkena penyakit akan mewarisi penyakit yang dimiliki oleh induknya tersebut. Penularan penyakit pernapasan dapat juga terjadi melalui makanan, minuman, lingkungan kandang yang kurang bersih, dan makanan/minuman yang tercemar kotoran burung yang terinfeksi penyakit.

Gejala-gejala penyakit pernapasan yang tampak adalah burung sering bersin-bersin, pada malam hari yang cuacanya dingin pemapasannya ngorok, hidung lembab/basah berlendir, dan aktivitas atau gerak burung menurun. Tindakan preventif dan kuratif untuk mengatasi penyakit pemapasan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. :
A . Burung kenari yang terinfeksi penyakit pernapasan segera diisolasi di kandang tersendiri dan diobati agar tidak menular kepada burung-burung kenari yang lain.
B . Sangkar, tempat makan, dan tempat minum selalu dikontrol dan semua kotoran yang terdapat di dalam sangkar ataupun di dalam wadah makanan/minuman selalu dibersihkan.
C . Makanan yang akan diberikan dicuci bersih dan dikeringkan untuk menghilangkan kemungkinan adanya residu pestisida pertanian yang membahayakan kesehatan burung.
D . Minuman yang kotor segera diganti dengan air yang bersih, segar, sehat, dan tidak mengandung bahan-bahan beracun yang membahayakan kesehatan burung. Air untuk minum direbus terlebih dahulu hingga mendidih untuk membunuh semua jenis bibit penyakit yang terdapat di dalamnya.

Berak Kapur

Penyakit berak kapur banyak menyerang beberapa jenis unggas. Penyakit mi dikenal juga dengan nama penyakit Salmonellosis atau Pullorum. Penyebab penyakit mi adalah Salmonella pullorum yang menyerang saluran pencernakan. Penyakit berak kapur bersifat menular. Tanda-tanda atau gejala serangan yang dapat dilihat adalah kotoran burung berbentuk cair dan berwarna putih seperti kapur, nafsu makan menurun, pada stadium tertentu burung mengalami kesulitan membuang kotoran. Jika diperhatikan, banyak kotoran berwarna putih melekat pada bulu di sekitar anus. Tanda lain burung kenari yang terserang penyakit berak kapur adalah muka pucat, bulu tidak teratur, sayap menggantung, dan burung tidak bergairah.

Pencegahan terhadap timbulnya penyakit berak kapur dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan sangkar, makanan, dan minuman. Setiap han sangkar dibersihkan dan segala kotoran, termasuk kotoran burung kenani itu send in. Gunakan desinfektan atau bioseptik untuk mencuci sangkar. Setiap dua han sekali, tempat pakan dan tempat minum dibersihkan. Sisa-sisa makanan dibersihkan dibuang agar tidak berjamur dan diganti dengan makanan yang barn. Demikian juga, air minum hams selalu diganti dengan air baru yang sudah direbus (matang), bersih, dan sehat (tidak mengandung bahan-bahan beracun yang berbaya).
Jika burung sudah teninfeksi penyakit berak kapur, burung tersebut hams segera dipisahkan burung dan bumng-bumng yang lain agar tidak menular. Burung yang sudah terinfeksi penyakit berak kapur diberi obat antibiotik seeara intensifsesuai dengan petunjuk yang ada. Penggunaan obat antibiotik tidak boleh sembarangan, sebab jika kita tidak tahu secara pasti justnu berakibat fatal.

Snot atau coryza

Penyakit snot atau coryza disebabkan oleh virus Hemophillus gallinarum. Penyakit ini menyerang sekitar bagian muka burung sehingga menyebabkan bengkak dan muncul benjolan berwama merah di sekitar hidung, mata, dan telinga. Cara penulanannya melalui perantaraan burung lain, udara, debu, makanan, dan minuman. Penularan penyakit mi juga dapat malalui keturunan. Tanda-tanda serangan penyakit snot atau coryza yang dapat dilihat adalah muka bengkak, hidung berlendir, sering bersin-bersin, sesak napas, dan nafsu makan turun. Jika tidak ditangani secara serius, lama kelamaan burung yang terserang penyakit mi akan mati.
Pencegahan terhadap serangan penyakit snot atau coryza dapat dilakukan dengan cara menjauhkan burung kenari yang terserang penyakit dan kelompok burung yang lain agar tidak menular. Di samping itu, sangkar tempat makan, dan minum harus selalu dibersihkan dan segala kotoran. Burung kenari yang terlanjur terserang penyakit snot atau coryza harus segera diberi obat yang sesuai.

Bubul

Penyakit bubul (bumble foot) adalahjenis penyakit yang sering menyerang hampir semua jenis burung. Penyebab penyakit bubul adalah bakteri Staphylo coccus. Bakteri mi menyerang permukaan kulit, terutama kulit telapak kaki. Faktor utama yang menyebabkan timbulnya penyakit bubul adalah kebersihan sangkar, khususnya tempat bertengger.
Tanda-tanda serangan penyakit bubul yang dapat dilihat adalah kaki membengkak, kuku memanjang, sisik kaki melebar atau merenggang. Jika serangan penyakit bubul mi dibiarkan, maka lama kelamaan infeksi penyakit tersebut akan melebar dan bertambah besar.
Pencegahan terhadap serangan penyakit bubul dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan sangkar dan tempat betengger burung.

Cacingan

Cacingan adalah jenis penyakit yang menyerang saluran pencemaan dan hati. Penyebab cacingan adalah cacing, yakni cacing tambang, cacing gilig, cacing pita, dan cacing hati. Tanda-tanda serangan penyakit cacingan yang dapat dilihat adalah burung kurang bergairah, lemah, nafsu makan berkurang, bulu tidak teratur, kotoran berbentuk cair, dan berat badan burung menurun.
Faktor utama yang menyebabkan munculnya penyakit cacingan adalah kondisi sangkar dan tempat makan/minum yang kotor. Pencegahan terhadap serangan penyakit cacingan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan sangkar, tempat pakan, dan tempat minum. Oleh karena itu, sangkar, tempat pakan, dan tempat minum hams selalu dikontrol dan dibersihkan dan segala macam kotoran agar tidak menjadi sarang cacing.

Mencret

Penyakit mencret yang sering menyerang burung kenani ada dua macam, mencret yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang saluran pencemaan dan mencret yang disebabkan oleh keracunan makanan. Tanda-tanda penyakit mencret yang disebabkan oleh bekteri adalah kotoran berbentuk cair, berwama keruh, berbau busuk, aktivitas (gerak) burung menurun, dan burung tidak memiliki nafsu makan. Sedangkan tanda-tanda mencret yang disebabkan oleh keracunan makanan adalah kotoran berbentuk cair, berwama bening dan terdapat sedikit gumpalan, tidak begitu berbau busuk, nafsu makan masih tinggi, dan aktivitas burung masih cukup tinggi. Sayuran yang kotor (tidak dicuci) dan masih mengandung residu obat pembasmi serangga (pestisida) dapat meyebabkan keracunan bagi burung.
Penyakit mencret yang disebabkan oleh bekteri bersifat menular, sedangkan penyakit mencret yang disebabkan oleh keracunan makanan tidak menular. Penularan dapat melalui tempat makan, minuman, maupun kotoran burung yang menderita penyakit tersebut. Oleh karena itu, burung yang terserang penyakit mencret hams segera dikarantina agar tidak menular pada burung-burung yang lain.

Kutu Burung

Burung kenari juga sering diserang oleh kutu burung sehingga proses produksi dan penetasan telur yang dierami terganggu. Kutu burung yang menyerang kenari jantan akan mengakibatkan suara menjadi berkurang. Burung kenari yang terserang kutu burung menunjukkan tanda-tanda gelisah, sering menggigit-gigit bulu (Jw. didis), frekuensi suara berkurang, jika bulu burung disingkap akan tampak kutu-kutu yang bergerak di antara bulu. Jika tidak segera diobati, burung kenari yang terserang kutu burung lama kelamaan berat badan menjadi menurun, nafsu makan akan menurun, dan akhirnya mati.
Penyebab utama serangan kutu burung adalah kondisi sangkar yang kotor, lembab, berbau, dan burung jarang mandi. Pencegahan terhadap kutu burung dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan sangkar, menyediakan air yang cukup untuk mandi, dan burung sering dijemur.

Virus Burung

Beberapa waktu yang lalu muncul beberapa kasus terjadinya kelumpuhan anggota badan dan menurunnya daya tahan tubuh yang menurut para medis salah satu penyebabnya adalah flu burung. Kebetulan, orang yang terserang flu burung tersebut memelihara burung kenari. Dengan demikian, banyak orang beranggapan bahwa burung kenari merupakan pembawa virus flu burung yang membahayakan. Mungkin saja hal itu benar, namun menurut penulis kurang tepat. Sebab, virus yang menyebabkan flu burung dapat menyerang semua orang melalui perantaraan apa saja termasuk ayam, bebek, kucing, anjing, segala jenis burung, dan segala jenis hewan berbulu yang dipelihara orang. Berikut mi disajikan cuplikan beberapa artikel yang berhasil direkam penulis.

Beberapa waktu lalu, kira-kira pertengahan tahun 1997, masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat dunia umumnya, dihebohkan dengan munculnya sejenis penyakit flu yang disebabkan oleh virus. Sementara orang beranggapan bahwa virus penyebab penyakit flu tersebut dibawa oleh burung. Penyakit flu yang hebat ini lebih dikenal dengan sebutan Flu Hongkong karena awal munculnya penyakit flu ini dari Hongkong. Serangan penyakit flu ini menelan banyak korban jiwa. Pada kasus yang sama, tahun 1968, flu Hongkong telah membunuh kurang lebih 700.000 jiwa tanpa ada obat yang dapat menyembuhkannya. Sekarang, virus pembawa maut tersebut tampaknya muncul lagi.

Menurut tim peneliti tentang virus dan Australia, virus yang membawa maut bagi manusia ataupun hewan mi sesungguhnya merupakan plasma pembawa sifat yang dibungkus mantel berupa protein sialidase dan hemaglutinin. Pada saat memasuki tubuh manusia dan berada di dalam sel, virus tersebut segera memperbanyak din dan membentuk jutaan partikel yang disebut virion. Virion-vinion inilah yang menyebarkan infeksi dan memasuki sel-sel di sekitarnya sehingga orang yang terserang virus mi merasakan sakit kepala, batuk-batuk, ngilu pada persendian, dan kondisi serta daya tahan tubuh penderita makin lemah. Jika penderita penyakit flu mi tidak segera mendapatkan perawatan dan pengobatan yang memadai, maka daya tahan tubuhnya akan semakin lemah dan menurun.

Penyebaran virus penyebab penyakit flu i, menurut ahli medis, dapat melalui perantaraan unggas, yakni segala jenis ayam, bebek, burung, serta beberapa hewan berbulu yang dipelihara orang (misalnya, kucing, anjing, keralmonyet). Jenis unggas termasuk yang memiliki kontribusi paling besar terhadap penyebaran virus tersebut. Untuk mencegah penyebaran virus tersebut, beberapa paramedis menganjurkan sebagai berikut. :

1. Upayakan kondisi lingkungan sangkar atau kandang hewan piaraan (termasuk sangkar/kandang burung) selalu dalam keadaan bersih. Jika perlu, sangkar atau kandang hewan piaraan secara periodik dilakukan cuci hama (desinfektan).
2. Upayakan tubuh mendapat pasokan protein tinggi dan berbagai sumber makanan, misalnya daging, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan buahbuahan untuk menolong tubuh membangun sistem kekebalan sebagai penangkal serangan virus.
3. Jaga temperatur tubuh agar tetap stabil, tidak kepanasan ataupun kedinginan baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan.
4. Pastikan ruangan-ruangan rumah memiliki ventilasi yang cukup dan mendapat aliran udara segar.
5. Makanan dan minuman hams dalam kondisi matang dan bersih, karena virus tidak dapat bentahan pada suhu yang tinggi.
6. Basuhlah selalu kedua tangan setelah memegang binatang piaraan, baik unggas (termasuk burung) maupun jenis hewan piaraan lainnya.


Pengetahuan tentang jenis-jenis obat untuk unggas, khususnya untuk burung kenari, perlu juga dimiliki oleh para petemak kenari. Umumnya, obat-obatan yang perlu disediakan adalah jenis obat yang biasa digunakan untuk unggas, khususnya ayam. Berikut mi disajikan beberapa jenis obat yang umumnya sering digunakan oleh para petemak ungas, termasuk burung dan ayam. Macam Obat,Macam-macam obat yang sering digunakan untuk pengobatan unggas, termasuk burung kenari adalah sebagai berikut.:

Sulfamix
Sulfamix adalah sejenis obat antibiotik yang diproduksi oleh Medion Bandung dan telah banyak dijual di toko-toko unggas (poultry). Obat mi memiliki komposisi kandungan Sulfadimethyl Pyrimididine 750 mg dan Methyl Parasept 6 mg setiap sendok teh. Obat mi dapat digunakan untuk mengobati Coccidiosis (penyakit berak darah), Pullorum (berak kapur), Coryza (snot, pilek, muka bengkak), berak hijau (Acute kolera), dan CRD (batuk, ngorok). Aturan pakai dan dosis penggunaannya dapat dilihat pada kemasan obat tersebut.

Tetra-Chlor
Tetra-Chlor merupakan obat antibiotik berbentuk kapsul dan berwama merah yang diproduksi oleh Medion Bandung. Obat mi mengandung Tetracyclin He!, Erythromyein base, Vitamin B1, B2, B12’ vitamin C, Potassium Chloride, dan Sodium Sulfate. Obat antibiotik yang mengandung vitamin dan mineral mi dapat digunakan untuk mengobati penyakit Pullorum (berak kapur), Coryza (snot, pilek,muka bengkak), Fowl cholera (berak hijau), dan CRD (batuk, ngorok). Aturan pakai dan dosis penggunaannya dapat dilihat pada kemasan obat tersebut.

Baytrill
Baytril 5% diproduksi oleh Bayer dan dapat digunakan untuk pengobatan dan peneegahan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan negatif serta mycoplasma. Obat mi berbentuk cair (drop) dan setiap mililiternya mengandung enrofloxacin 5 mg. Aturan pakai dan dosis penggunaannya dapat di!ihat pada kemasan obat tersebut.

Mycocoli
Mycocoli berupa larutan anti-bakteri spektrum luas (Enrofioxacine) yang dapat digunakan untuk membasmi hampir semua infeksi bakteri gram positif, gram negatif, dan Mycoplasma sp. Qbat mi diproduksi oleh Divasa Farmavic, Spanyol, dalam bentuk cair (drop). Obat mi mengandung Acid I -ciclopropil-7-6-fluor, I ,4-dehidro-4-oxo-3quinolincar boxilic 100 mg, dan Exipient q.s.f. 1 ml. Qbat mi dapat menyembuhkan penyakit Mycoplasmosis (nafas berbunyi, ngorok), Collibacillosis (diare), Salmonellosis (berak kapur), Infectious corvza (kepala bengkak, hidung berlendir), fowl cholera (berak hijau), Staphylococcus sp, Glostridiosis, dan Pseudomoniasis. Aturan pakai dan dosis penggunaannya dapat dilihat pada kemasan obat tersebut.

Pesona
Pesona adalah biosidal total dengan formula yang memiliki kekuatan ganda untuk membasmi mikroorganisme dan melindungi burung dan serangan penyakit. Obat mi berbentuk cairan yang diproduksi di Banyurejo dan dapat digunakan untuk membasmi kutu burung dengan cara dicampur pada air mandi. Di samping itu, obat mi juga berguna untuk memperindah bulu burung. Aturan pakai dan dosis penggunaannya dapat dilihat pada kemasan obat tersebut.

Vitamin
Vitamin sangat dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan burung. Pemberian vitamin pada burung kenari dapat dilakukan setiap han. Kita tidak perlu khawatirjika kelebihan dosis vitamin di dalam tubuh, sebab sisa vitamin yang tidak dimanfaatkan oleh tubuh burung akan terbuang melalui kotoran burung. Vitamin, selain berguna meningkatkan daya tahan tubuh, dapat meningkatkan vitalitas dan produktivitas burung. Beberapa macam vitamin yang dapat dibenikan pada burung kenari adalah vitamin A, B-kompleks, C, D, dan E. Ada beberapa jenis vitamin dalam produk kemasan yang khusus untuk konsumsi burung yang dapat dimanfaatkan, antara lain Vetamix, Amino-Vital Solution, Terafit, Vitachick, dan Enervon-C.

Cara Penyajian
Obat-obatan di atas umumnya dapat digunakan untuk menghadapi kasus-kasus yang berhubungan dengan penyakit yang sering menyerang burung kenari. Penyajian obat-obatan untuk burung kenari dapat dilakukan dengan cara dicampur dalam air minum atau dengan cara diminumkan secara Iangsung dengan perantaraan pipet atau kapas.
Kenari yang terserang penyakit dan akan diberi obat terlebih dahulu dijemur pada sinar matahani kurang lebih satu jam. Pada saat dijemur, kenari tidak diberi minuman. Siapkan obat yang akan diberikan pada tempat minum. Setelah dijemur, kenari dipindahkan ke tempat yang sejuk, kemudian minuman yang telah dicampur obat dimasukkan ke dalam sangkar. Burung kenari yang haus akan segera minum air yang telah dicampur obat tersebut. Jika obat yang telah dicampur dalam air minum tersebut tidak diminum, ambilah sepotong kapas laIu celupkan ke dalam air minum yang mengandung obat. Pegang kenari yang akan diobati, kemudian tempelkan kapas tersebut ke paruh kenari. Burung kenari akan mengisap cairan tersebut untuk diminum. Sisa minuman yang mengandung obat dapat diletakkan di dalam sangkar agar diminum oleh burung kenari tersebut jika merasa haus. Minuman burung yang telah dicampur obat jangan dijemur karena khasiat obat tersebut akan hilang.

Demikianlah beberapa gangguan kesehatan yang sering kita jumpai pada burung kenari beserta cara penanganannya, semoga bermanfaat untuk kita semua

Makalah Chelonia (Penyu Laut)

Chelonia (Penyu Laut)





BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyu merupakan reptil yang hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam jarak yang jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia Tenggara. Keberadaannya telah lama terancam, baik dari alam maupun kegiatan manusia yang membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung. Jumlah ini sebenarnya masih menjadi perdebatan karena Nuitja (1992) menyebutkan hanya lima jenis yang ditemukan, dimana Caretta caretta dinyatakan tidak ada. Namun demikian, beberapa peneliti mengungkapkan bahwa Caretta caretta memiliki daerah jelajah yang meliputi Indonesia (Limpus et al. 1992, Charuchinda et al. 2002). Pergeseran fungsi lahan yang menyebabkan kerusakan habitat pantai dan ruaya pakan, kematian penyu akibat kegiatan perikanan, pengelolaan teknik-teknik konservasi yang tidak memadai, perubahan iklim, penyakit, pengambilan penyu dan telurnya serta ancaman predator merupakan faktor-faktor penyebab penurunan populasi penyu.
Selain itu, karakteristik siklus hidup penyu sangat panjang (terutama penyu hijau, penyu sisik dan penyu tempayan) dan untuk mencapai kondisi “stabil” (kelimpahan populasi konstan selama 5 tahun terakhir) dapat memakan waktu cukup lama sekitar 30–40 tahun, maka sudah seharusnya pelestarian terhadap satwa langka ini menjadi hal yang mendesak. Kondisi inilah yang menyebabkan semua jenis penyu di Indonesia diberikan status dilindungi oleh Negara sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kekayaan flora dan fauna yang sangat tinggi. Ditinjau dari manfaatnya, kekayaan flora dan fauna di Indonesia memberikan sumbangan yang sangat penting bagi keseimbangan kehidupan di bumi ini. Yang harus selalu diingat bahwa setiap mahluk hidup didunia diciptakan dengan perannya masing-masing. Jadi punahnya satu jenis flora dan fauna sedikit banyak akan mengganggu keseimbangan alam.
Ironisnya, selain salah satu Negara dengan kekayaan hayati yang tinggi, Indonesia juga merupakan salah satu Negara yang mempunyai laju kepunahan jenis yang tinggi. Saat ini kekayaan flora dan fauna Indonesia menghadapi tekanan yang sangat tinggi, sehingga banyak diantarannya berada dalam kondisi yang hampir punah. Tekanan yang ada diakibatkan tingginya laju perubahan tata guna lahan (habitat alami satwa dikonversi menjadi lahan-lahan pertanian dan semakin maraknya penebangan hutan secara liar).

Kondisi ini diperparah dengan semakin tingginya perburuan liar yang terjadi di Indonesia saat ini. Ini diakibatkan tingginya permintaan pasar terhadap jenis satwa-satwa liar eksotis dan langka menyebabkan laju perburuan liar hampir-hampir tidak bisa dikendalikan lagi. Salah satu dari kekayaan fauna di Indonesia adalah spesies penyu. Enam dari tujuh spesies penyu yang ada di dunia ditemukan di perairan Indonesia dan bertelur di beberapa pantai di negeri ini.
Oleh karena itu kita sebagai masyarakat dihimbau untuk dapat  membantu pemerintah dalam usaha pelestarian satwa liar dengan mendukung upaya pelestarian penyu, serta mencoba mengembalikan peran satwa penyu didalam habitatnya. Dengan berlatar belakang hal tersebut maka kami membuat makalah ini, agar pembaca mengerti bagaimana kehidupan satwa di Indonesia.

BAB II
ISI

Gerakannya yang unik dan khas seakan menggambarkan kelihayan perenang dasar laut yang mempesona. Ini mungkin bisa menggambarkan betapa unik dan indah melihat penyu laut berenang bebas dibawah permukaan laut. Dengan menggerakkan kedua kaki renang depan untuk mengontrol gerakan dan kecepatan, hewan ini bergerak gesit di dasar laut. Juga dengan bantuan kaki belakang sebagai penyeimbang seakan memberikan kesempurnaan gaya renang yang memukau.



Ada beberapa jenis (species) penyu laut yang hidup di perairan .  Diantaranya penyu hijau atau dikenal dengan nama green turtle (Chelonia mydas)penyu sisik atau dikenal dengan nama Hawksbill turtle (Eretmochelys imbricata), penyu lekang atau dikenal dengan nama Olive ridley turtle (Lepidochelys olivacea)penyu belimbing atau dikenal dengan nama Leatherback turtle (Dermochelys olivacea), penyu pipih atau dikenal dengan nama Flatback turtle (Natator depressus) dan penyu tempayan atau dikenal dengan nama Loggerhead turtle (Caretta caretta). Dari jenis ini Penyu Belimbing adalah penyu terbesar dengan ukuran mencapai 2 meter dengan berat 600 – 900 kg.  Yang terkecil adalah penyu lekang dengan ukuran paling besar sekitar 50 kg.

Penyu Hijau (Chelonia mydas)
Jenis penyu hijau, atau yang biasanya dikenal dengan nama Chelonia mydas adalah penyu laut besar yang termasuk dalam keluarga Cheloniidae. Hewan ini adalah satu-satunya spesies dalam golongan Chelonia. Mereka hidup di semua laut tropis dan subtropis, terutama di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik. Namanya didapat dari lemak bewarna hijau yang terletak di bawah cangkang mereka.
Penyu hijau dapat diidentifikasi berdasarkan adanya sepasang sisik prafrontal yang merupakan sisik diantara kedua matanya. Ciri identifikasi ini mirip seperti penyu belimbing dan penyu tem payanyang mempunyai dua pasang prafrontal. Penyu hijau dapat dibedakan dari penyu pipih oleh tidak adanya sisik praokular dan karapaks yang seperti kubah. Penyu ini pada karapaksnya terdapat empat pasang sisik dan disekitar mata terdapat dua pasang sisik. Sisik pada jenis penyu ini tidak tumpang tindih. Panjang karapaks penyu ini yang pernah dijumpai adalah 75-115 cm dan beratnya mencapai 300 kg.
Penyu hijau memakan semua jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup dilaut (mis; ganggang laut, lamun, lumut dan ikan). Musim kawin dari penyu ini berlangsung antara Januari dan Mei. Penyu betina dapat bertelur antara 100 sampai 125 butir dalam sekali bertelur. Waktu pengeraman terjadi sekitar 50 sampai 60 hari. Usia penyu ini dapat mencapai 200 tahun. Penyu hijau terdapat dimana-mana diperairan tropik dan subtropik. Di Indonesia, penyu ini terdapat diperairan pantai Jawa, Bali, Sumatera dan mungkin di semua perairan pantai yang landai di Indonesia. Di Bali, dagingnya di konsumsi (dimakan) dan karapaksnya dijadikan kerajinan tangan untuk para wisatawan.
Penyu hijau adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih banyak di banding beberapa penyu lainnya.  Jenis seperti penyu belimbing di laporkan telah sangat berkurang jumlahnya dan termasuk salah satu jenis yang hampir hilang di perairan , hanya beberapa tempat yang masih sesekali menjadi tempat memijah bagi jenis penyu ini. Penyu belimbing adalah penyu yang di lindungi dan masuk dalam CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) Appendix.
Sebenarnya, penyu hijau dari dulu secara ekstensif telah diburu di indonesia, terutama untuk dagingnya, telurnya juga dapat dikumpulkan dalam skala besar. Oleh karena itu, populasi dari penyu hijau di Indonesia menurun dengan cepat. Tukik penyu hijau yang berada di sekitar teluk California hanya memakan alga merah. Penyu hijau akan kembali ke pantai asal ia dilahirkan untuk bertelur setiap 3 hingga 4 tahun sekali. Ketika penyu hijau masih muda mereka makan berbagai jenis biota laut seperti cacing laut, udang remis, rumput laut, juga alga. Ketika tubuhnya mencapai ukuran sekitar 20-30 cm, mereka berubah menjadi herbivora dan makanan utamanya adalah rumput laut.


Penyu hijau merupakan jenis penyu yang paling sering ditemukan dan hidup di laut tropis. Dapat dikenali dari bentuk kepalanya yang kecil dan paruhnya yang tumpul. Dinamai penyu hijau bukan karena sisiknya berwarna hijau, tapi warna lemak yang terdapat di bawah sisiknya berwarna hijau. Tubuhnya bisa berwarna abu-abu, kehitam-hitaman atau kecokelat-cokelatan.
Klasifikasi Penyu hijau  menurut Linnaeus  adalah :
Kingdom       : Animalia
Filum             : Chordata
Kelas             : Reptilia
Ordo             : Testudinata
Famili            : Cheloniidae
Genus            : Chelonia
Spesies          : Chelonia mydas L. (Tanjung, 2001).

Morfologi Penyu
Sesuai dengan namanya, warna tubuh, lemak dan dagingnya agak kehijau-hijauan. Penyu hijau  dewasa hidup di hamparan padang lamun dan ganggang.   Berat Penyu hijau  dapat  mencapai  400 kg,  namun di  Asia Tenggara yang  tumbuh paling besar sekitar separuh ukuran ini.  Penyu hijau  di Barat Daya kepulauan Hawai kadang kala ditemukan mendarat pada waktu siang untuk berjemur panas.  Anak-anak Penyu hijau  (tukik), setelah menetas, akan menghabiskan waktu di pantai untuk mencari makanan. Tukik Penyu hijau  yang berada  di   sekitar  Teluk California  hanya  memakan  alga merah.  Penyu hijau  akan kembali ke pantai asal ia dilahirkan untuk bertelur setiap 3 hingga 4 tahun sekali (Nuitja, 1992).
Perisai atau karapasnya berbentuk hati dengan tepi rata, jumlah keping kostal 4 pasang,berwarna hijau cokelat dengan bercak tua sampai hitam. Keping kostal ukuran lebarnya hampir dua kali di banding dengan lebar keping vertebral. Keping marginalnya relatif sempit. Kepalanya memiliki sepasang sisik prefrontal yang lebar dan mempunyai tepi yang berwarna putih. Kaki depannya dipenuhi dengan sisik yang relatif berukuran sama, sehingga jari-jarinya tidak terlihat jelas (Ali,2004). 
Ciri morfologi Penyu hijau  menurut Hirt (1971) dan Bustard (1972)dalam (Tanjung dkk, 2001) adalah terdapatnya sepasang prefrontal atau sisik pada kepala. Memiliki sisik perisai punggung (dorsal shield) yang tidak saling berhimpit, mempunyai empat pasang sisik samping yang tesusun bujur pada permukaan kepala dari arah kepala ke ekor (costal scute), dimana pasangan sisik samping pertama tidak menyentuh Nuchal. Pada bagian pinggir karapas terdapat 12 pasang Marginal Scute , kaki depan berbentuk pipih seperti dayung, terdapat sebuah kuku pada kaki depan yang besar.

Ekosistem dan Rantai Makanan Penyu
I.     Ekosistem Laut Pesisir Pantai
Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif, unik dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. ekosistem pesisir dan laut juga memiliki fungsi-fungsi ekologis penting, antara lain sebagai penyedia nutrien, sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tumbuh besar, serta tempat mencari makanan bagi beragam biota laut. Di samping itu, ekosistem pesisir dan laut berperan pula sebagai pelindung pantai atau penahan abrasi bagi wilayah daratan.
Dunia mengenal tujuh jenis penyu, dan enam diantaranya hidup di Indonesia. Enam penyu tersebut adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata/Hawksbill Turtle), penyu pipih (Natator depressa), penyu abu-abu (Olive ridley turtle), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu merah atau penyu tempayan (Caretta caretta). Satu penyu lainnya, yang hanya hidup di antara Laut Meksiko dan Lusiana, Amerika Serikat, adalah Leupidocalis caspri. Dari enam penyu yang ada di Indonesia salah satunya penyu hijau (Chelonia mydas) yang bertelur di Pantai Ujung Genteng. Melihat sifat fisik dari wilayah Pantai Selatan Jawa tentunya memiliki kontur yang curam. Kondisi topografi berupa kombinasi antara dataran rendah (pantai), bukit dan pegunungan.
Pantai Pangumbangan maka dapat dikatakan Pantai Pangumbahan termasuk jenis Pantai berpasir halus. Hal ini didasarkan pada pola hidup penyu yang hanya hidup dan mendarat di pantai yang berpasir halus kaya akan nutrient untuk tempat menetaskan telurnya. Kemudian kondisi pantai yang berhubungan langsung dengan samudera, meskipun bila diperbandingkan dengan beberapa pantai lain yang ada di Pantai Selatan seperti Pantai Sayang Heulang di Garut yang termasuk pada pantai berbatu.

II.  Ekosistem Pantai Berpasir Halus
Pantai berpasir dicirikan oleh ukuran butiran sedimen halus dan memiliki tingkat bahan organik yang tinggi, pantai ini pula banyak dipengaruhi oleh pasang surut yang mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi organisme dengan sedimen dan pengaruh evaporasi perairan sangat tinggi di lingkungannya. Faktor fisik yang berperan penting mengatur kehidupan di pantai berpasir adalah gerakan ombak. Gerakan ombak ini mempengaruhi ukuran partikel dan pergerakan substrat di pantai. Jika gerakan ombak kecil, ukuran partikelnya kecil, tetapi jika gerakan ombak besar atau kuat, ukuran partikelnya akan menjadi kasar dan membentuk deposit kerikil.
Pengaruh ukuran partikel terhadap organisme yang hidup pada pantai tersebut adalah pada penyebaran dan kelimpahannya. Butiran pasir yang halus mempunyai retensi air yang mampu menampung lebih banyak air di atas dan memudahkan organisme untuk menggali. Gerakan ombak dapat pula mengakibatkan partikel-partikel pasir atau kerikil menjadi tidak stabil sehingga partikel-partikel substrat akan terangkut, teraduk, dan terdeposit kembali. Karena kondisi di lapisan permukaan sedimen yang terus menerus bergerak, maka hanya sedikit organisme yang mempunyai kemampuan untuk menetap secara permanen sehingga inilah yang menyebabkan pantai seperti terlihat tandus.
Faktor lingkungan seperti suhu, kekeringan, serta gerakan ombak beraksi secara beragam pada tiap pasang surut. Kekeringan bukan merupakan masalah selama pasir pantai cukup halus sehingga dapat menahan air melalui kegiatan kapiler selama pasang turun. Pasir juga merupakan penyangga yang baik bagi perubahan suhu dan salinitas yang besar.





III.   Rantai Makanan Pantai Berpasir Halus
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora). Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia.
Ada dua tipe dasar rantai makanan:
1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivora-carnivora.
2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora = organisme pemakan sisa) predator.
Organisme yang berada di pantai berpasir mempunyai kemampuan beradaptasi dengan dua cara yaitu dengan menggali substrat sampai kedalaman yang tidak lagi di pengaruhi gelombang yang lewat, kemampuan menggali substrat dengan cepat ketika gelombang lewat memindahkan organisme dari substrat. Adaptasi lain, kebanyakan molusca yang mengubur dirinya cenderung mempunyai cangkang yang licin dan berat. Adaptasi terakhir adalah mencegah terjadinya penyumbatan permukaan alat pernapasan yaitu dengan penyaring (sekat) yang dapat mencegah pasir masuk kedalamnya tetapi air dapat masuk.

Penyebaran  dan Habitat Penyu
Sebaran Penyu hijau  terdapat di Indo-Pasifik, Samudera Atlantik, Teluk Meksiko, sepanjang pesisir Argentina, di Laut Mediterania. Habitat Penyu hijau  ini hidup di perairan tropis dan sub-tropis di sekitar pesisir benua dan kepulauan. Penyu hijau  juga diketahui sering terdapat di antara terumbu karang pada daerah laut lepas.  Kemampuan migrasi Penyu hijau  pada beberapa populasi dapat mencapai jarak 2.094 kilometer dari habitat peneluran menuju habitat mencari makan. Meskipun daya jelajahnya sampai ribuan kilometer, uniknya Penyu hijau  hanya bereproduksi di tempat yang sama berdasarkan navigasi medan magnet bumi. Di Indonesia, jenis penyu ini tersebar di sekitar perairan tropika, laut seluruh Indonesia dan Papua Nugini. Hewan ini baru bisa mencapai usia dewasa sekitar 30-50 tahun. Jadi, Penyu hijau  memiliki siklus kehidupan yang panjang, namun tingkat kehidupannya rendah (Ali, 2004).

Tingkah Laku dan Kegiatan  Bertelur Penyu
Perilaku bertelur Penyu hijau  umumnya sama dengan penyu-penyu lainnya. Penyu hijau  menjadi primadona penangkar penyu, karena saat bertelurnya selalu tepat waktu, yaitu setiap 15 hari sekali, dengan melakukan 4 sampai 6 kali pendaratan untuk bertelur di waktu malam hari. Selain itu, Penyu hijau  merupakan satwa yang unik, karena secara insting, merekan akan hidup dan kembali bertelur ke tempat dimana mereka ditetaskanSama halnya dengan penyu-penyu lain, Penyu hijau  sangat peka terhadap getaran, kebisingan, lampu, dan berbagai aktivitas yang ditimbulkan oleh manusia. Gangguan-gangguan tersebut kerap kali menghantui penyu yang hendak bertelur (Ali,2004).
Betina Penyu hijau  berukuran besar dalam sekali bertelur dapat menghasilkan sampai 200 butir telur, sedangkan Penyu hijau  yang berukuran sedang menghasilkan sekitar 60 butir dalam satu kali mendarat. Di perkirakan perkawinan terjadi setelah penyu betina bertelur dan kembali ke daerah habitat perkawinan (Ali, 2004).
Telur Penyu hijau  ukuran diameternya sekitar 46 mm. Bentuk telur dari Penyu hijau  ini berbentuk agak bulat, lembut dan cukup lentur. Tukik merupakan anak penyu yang baru menetas, biasanya berwarna hitam, sedangkan bagian bawahnya berwarna putih. Tukik Penyu hijau  bersifat omnivora, makanannya adalah ikan kecil. Saat menginjak usia dewasa, jenis Penyu hijau  ini beralih menjadi hewan herbivora, makanannya berupa alga, rumput laut, ganggang dan daun bakau. Tukik Penyu hijau  sangat peka terhadap suhu lingkungan. Tukik dapat mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) jika tidak masuk ke dalam laut beberapa jam setelah menetas dan berhasil menembus permukaan tanah, utamanya jika temperatur udara cukup tinggi. Tukik dapat mati kepanasan pada suhu 37o C. perlu kita ketahui bahwa dari beberapa pengamatan para ahli, dari 1000 butir telur yang berhasil menetas menjadi tukik, hanya satu diantaranya yang berhasil bertahan hidup sampai dewasa (Ali, 2004).

Ancaman Populasi dan Kepunahan Penyu
Penyebab penurunan populasi secara drastis yang dibenarkan oleh bahwa eksploitasi Penyu hijau  tertinggi di dunia berada di wilayah Indonesia. Tingginya tingkat eksploitasi yang dilakukan masyarakat Indonesia telah mempercepat laju kepunahan Penyu hijau . Umumnya penangkapan induk terjadi di laut lepas dan pemanenan telur di sekitar pantai peneluran. Jika penangkapan induk dan pemanenan telur penyu secara berlebihan dan berlangsung terus-menerus selama beberapa dekade berakibat pada kepunahan populasi. Dibandingkan dengan kelima jenis penyu laut lainnya,  Penyu hijau  paling intensif dieksploitasi karena daging dan telurnya digemari masyarakat pesisir. Permintaan Penyu hijau  yang tinggi disebabkan beberapa alasan mulai dari konsumsi rumah tangga, sumber pendapatan masyarakat, kepentingan adat hingga sumber Pendapatan Asli Daerah (Anonim, 2010).
Indikasi kegagalan perlindungan Penyu hijau  ditunjukkan oleh tingginya eksploitasi Penyu hijau  di berbagai wilayah Indonesia, penurunan jumlah penyu yang mendarat di pantai peneluran dan rendahnya dukungan masyarakat. Ancaman kepunahan Penyu hijau  semakin nyata jika pemerintah tidak segera menghentikan eksploitasi Penyu hijau . Untuk penyelamatan Penyu hijau  dari kepunahan diperlukan analisis kebijakan perlindungan dan perumusan alternatif perlindungan Penyu hijau  di masa mendatang. Eksploitasi yang tinggi dan implikasinya dapat dipandang dari beberapa aspek, antara lain:

a) Aspek ekologi
−   Hilangnya kemampuan reproduksi populasi
Penangkapan induk dan pemanenan telur penyu secara berlebihan akan menghilangkan kemampuan reproduksi populasi. Hilangnya kemampuan reproduksi dapat ditandai dengan: (a) Jika konsumsi daging penyu berasal dari penangkapan semua induk yang akan bertelur; (b) Jika terjadi pemanenan semua telur yang ada di sarang. Apabila ekploitasi induk dan telur berlangsung secara terus-menerus selama beberapa dekade akan menimbulkan kepunahan spesies Penyu hijau .
−  Kerusakan habitat
Penyu hijau  adalah jenis herbivora yang kelangsungan hidupnya tergantung pada keutuhan ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan habitat feeding Penyu hijau  yang menyediakan berbagai jenis tumbuhan rumput laut. Penggunaan alat tangkap yang merusak, seperti dinamit dan racun potasium yang dilakukan nelayan telah menimbulkan hilangnya sumber pakan populasi Penyu hijau  yang berakibat ancaman kepunahan.
b) Aspek sosial
Kebiasaan bermigrasi jauh menjadikan populasi Penyu hijau  di laut sebagai sumberdaya open access. Situasi open access diindikasikan oleh tidak ada pengelolaan dan tidak ada kepemilikan yang membatasi pemanfaatan Penyu hijau . Sebagai satwa buruan yang memiliki nilai ekonomis tinggi jika tidak ditangkap orang hari ini akan ditangkap orang lain di lain hari. Eksploitasi secara berlebihan hingga melampaui daya dukungnya akan mengarahkan kepunahan spesies dalam waktu dekat.
c) Aspek ekonomi
Penyu hijau  merupakan spesies penyu laut yang paling intensif dieksploitasi. Jika dibandingkan dengan harga per ekor ikan, nilai ekonomis Penyu hijau  tergolong tinggi (±1 juta rupiah/ekor untuk ukuran induk). Tingginya eksploitasi Penyu hijau  yang diawali sebagai pemenuhan kebutuhan protein keluarga dan pendapatan masyarakat lokal. Dalam perkembangannya eksploitasi penyu berkembang sebagai perdagangan Penyu hijau  ilegal yang melibatkan tata niaga dengan biaya transaksi yang tinggi.
d) Aspek budaya
Umumnya eksploitasi Penyu hijau  sulit dihentikan karena ada anggapan bahwa ketersediaan Penyu hijau  di alam masih berlimpah dan masyarakat tidak peduli akan status spesies dilindungi. Pada kasus Sukabumi, penyu sebagai sumber protein murah dan mudah didapatkan di daerah pantai. Mitos yang berkembang tentang khasiat daging dan telur penyu telah menimbulkan peningkatan eksploitasi penyu dari tahun ke tahun. Pada kasus Pulau Bali pengiriman penyu dari berbagai wilayah Indonesia berkaitan dengan kepentingan adat. Adanya perdagangan penyu secara ilegal (black market) di daerah Tanjung Benoa Bali merupakan bukti sulitnya menghentikan konsumsi daging penyu untuk kepentingan adat.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penyu hijau adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih banyak di banding beberapa penyu lainnya. Sesuai dengan namanya, warna tubuh, lemak dan dagingnya agak kehijau-hijauan. Penyu hijau  dewasa hidup di hamparan padang lamun dan ganggang.   Berat Penyu hijau  dapat  mencapai  400 kg,  namun di  Asia Tenggara yang  tumbuh paling besar sekitar separuh ukuran ini.  Penyu hijau  di Barat Daya kepulauan Hawai kadang kala ditemukan mendarat pada waktu siang untuk berjemur panas.  Anak-anak Penyu hijau  (tukik), setelah menetas, akan menghabiskan waktu di pantai untuk mencari makanan. Tukik Penyu hijau  yang berada  di   sekitar  Teluk California  hanya  memakan  alga merah.  Penyu hijau  akan kembali ke pantai asal ia dilahirkan untuk bertelur setiap 3 hingga 4 tahun sekali. Penyu hijau  merupakan satwa yang unik, karena secara insting, merekan akan hidup dan kembali bertelur ke tempat dimana mereka ditetaskan.






Daftar Pustaka

Ali, Z.M. 2004. Karya Ilmiah Pelestarian Penyu Hijau di Pantai Selatan Tasikmalaya. Karya Ilmiah Tentang Pelestarian Penyu Hijau : Tasikmalaya.
Nuitja, I., N., S.,  1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tanjung,Yonatan, Suherman, Misnawati, Rostina. 2001. Studi Tingkah Laku Bertelur dan Keberhasilan Penetasan Secara Alamiah di Pulau Sangalaki Kecamatan Derawan. Kabupaten Berau. Laporan Penelitian Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unmul: Samarinda.

Azkab, M. H. 1994. Komunitas Padang Lamun pada Tiga Pulau dari Kepulauan Seribu dengan Kegiatan Manusia yang Berbeda. Makalah Penunjang pada Seminar Pemantauan Pencemaran Laut. Jakarta, 7-9 Februari 1994. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta. hal. 93-98.
Barber, B.J.1985. Effects of elevated temperature on seasonal in situ leaf productivity of Thalassia testudinum banks ex konig and Syringodium fliforme kutzing. Aquatic Botany 22:61-69.
Bengen,D.G. 2001. Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Instititut Pertanian Bogor.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 412 halaman.